Berita Terkini - Sejarah Indonesia Bakal Berbeda Tanpa Rumah Ini - Tanpa rumah yang terletak di Jalan Patangpuluhan nomor 22 Yogyakarta ini, sejarah Republik Indonesia kemungkinan bakal jauh berbeda dari yang ada saat ini.
Pasalnya, rumah bergaya kolonial inilah yang menyelamatkan Presiden Pertama Soekarno dari buruan agresor Belanda, tahun 147-1948 silam.
Ketika Belanda melancarkan agresi militer pertamanya tahun 1947, Bung Karno memang menjadi target nomor satu untuk "dihilangkan." Sebab, menurut pemikiran Belanda, tanpa Soekarno, maka Republik Indonesia bisa dipastikan runtuh.
Beruntung, saat itu ada Ir Purbodiningrat, yang merupakan adik tingkat Bung Karno semasa berkuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) atau saat ini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB).
Purbodingrat, merupakan pemilik rumah besar di Jalan Patangpuluhan nomor 22. Dia, menawarkan Bung Karno sekeluarga untuk bersembunyi di rumahnya tersebut, untuk menghindari algojo-algojo Belanda.
Bahkan, Purbodingrat bersedia menyembunyikan identitas Bung Karno sekeluarga dari keluarganya sendiri, agar memperkecil kemungkinan penggerebakan.
"Saya dulu memang menduga Bung Karno sekeluarga bersembunyi di rumah. Tapi bapak tidak pernah memberitahukannya. Saya baru bisa memastikan kebenarannya seteleah menjadi dewasa," tutur Siti Ismusilah, putri keempat Purbodiningrat, Senin (15/07/2013).
Suatu pagi di tahun 1947, Siti yang kala itu berumur belasan tahun dan menjadi siswi SMP memang melihat sosok yang ia yakini sebagai Bung Karno berada di rumahnya.
"Saya tidak tahu kapan tepatnya Bung Karno mulai bersembunyi di rumah ini. Saya tahunya Bung Karno sudah ada di rumah saat pagi itu. Ada ibu Fatmawati, Mas Guntur dan Mbak Megawati. Keduanya masih kecil kok, Mbak Mega kemana-mana digendong ibunya," tutur lulusan Sastra Timur UGM ini.
Sejak itu, untuk waktu yang cukup lama, Bung Karno menempati kamar milik sang ayah yang berukuran 10x5 meter. Kamar itu lengkap dengan wastafel, toilet dan kamar mandi.
Hanya saja, Siti yang pernah mengajar di Universitas Sumatera Utara ini tidak mengingat berapa lama Bung Karno dan keluarga tinggal di kediamannya. Begitu pula dengan kegiatan apa yang dilakukan, ia pun tak banyak tahu. Sebab, semua kegiatan Bung Karno saat itu dirahasiakan oleh sang ayah dengan alasan keamanan.
Ketika itu, wanita kelahiran 1933 ini hanya mengingat bahwa hampir tiap malam Bung Karno dan beberapa orang sering mengadakan rapat di rumahnya. Namun, tak banyak detail kisah yang didapat karena sang ayah yang merupakan Profesor di UGM ini tidak pernah menceritakan.
Post a Comment